Monday, June 28, 2021

Ketika sedikit rasa itu dicabut

 Bismillah...

Pernah tidak,  kalian merasa ketika makan sesuatu terus merasa biasa saja?

Pernah tidak, kalian mendapatkan sesuatu terus merasa biasa saja?

Pernah tidak, kalian merasa bingung dengan apa yang diinginkan?

Diriku pernah merasakan nya. Bukannya tidak bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Namun entahlah, kenapa ada sesuatu yang hilang rasanya.

Contoh nih, dulu jaman masih sekolah atau kuliah, bahagia banget rasanya jika ada teman yang ngasih coklat silverqueen atau toblerone. 

Lalu, entah kenapa... kebahagiaan makan coklat sejak jaman gadis dulu, tiba-tiba menghilang bagai di telan bumi. Punya toblerone segebok pun cuma di taruh dalam kulkas. Sehari - dua hari,  seminggu - dua minggu,  sebulan. Ah, masih utuh. Terakhir,  biar gak mubadzir dibagi-bagi saja buat teman anak-anak yang sedang main ke rumah.

Pernah juga merasakan bingung ingin makan apa? Melihat stok sayur yang ada di kulkas. Lalu melihat stok lauk yang ada di freezer. Lalu balik lagi ke sofa. Bukan karena gak ada bahan. Alhamdulillah,  bahan makanan banyak. Tapi karena harus menemukan sebuah rasa yang hilang. 

Membuka hp, mencoba melihat menu-menu yang di jual berbagai restoran baik restoran Indonesia,  India, Arabic. Rasa itu belum muncul juga. Tidak ada keinginan pingin makan apa, masak apa, atau mau order dimana. Stuck rasanya... 

"Ya Allah... Ya Rohman, Ya Rohim...

Ampuni kami Ya Allah, jadikanlah diri ini menjadi hamba yang pandai bersyukur. Mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan. Mensyukuri sesuatu dari yang terkecil. Karena dengan bersyukur maka Engkau akan menambahkan nikmat." Doa ku dalam hati.

Balik lagi ke dapur, buka kulkas. Meneliti satu persatu bahan makanan. Lalu mata tertuju pada lembaran daun pisang yang telah dibeli. Belum habis  setelah digunakan untuk membuat lontong dan pepes beberapa hari lalu. Menatap freezer yang di dalamnya ada teri Medan. 

Masya Allah... rasa itu tiba-tiba muncul,  "kayaknya enak deh bikin nasi bakar". (AHA _Time)

Langsung deh, eksekusi ambil wajan dan mulai dengan menumis teri Medan, yang ditemani irisan bawang merah, bawang putih, tomat dan cabe. Masya Allah,  aroma sedapnya pun mengudara. 

Meskipun, dengan nasi biasa. Karena udah terlanjur masak nasi biasa. Lalu nasi tersebut dibungkus dengan daun pisang, lalu atas nya diberi toping tumisan teri Medan yang aroma nya menggugah selera. Merapikan bungkus daunnya dan membakarnya diatas kompor.

Aroma sedap dari daun pisang yang dibakarpun segera memenuhi ruang dapur.

"Bau apa ini bu? Kayak di Indonesia." Tanya anak sulung ku.

"Bau nasi bakar. Kenapa?" Tanyaku ingin memastikan dan melihat responnya.

"Bau nya sedap." Sahutnya. 

"Alhamdulillah." Jawabku sambil tersenyum. 

"Yuk, kita makan!" Seruku pada anggota keluarga, sambil membawa nampan berisi nasi bakar ke meja makan. 

(Sumber foto pribadi)

Alhamdulillah,  anak-anak suka nasi bakar teri Medan, meskipun pedas rasanya. 

Sesederhana ini menu sarapan yang membuatku mampu bangkit kembali dari rasa stuck yang tidak jelas. Nasi bakar teri Medan ditemani telur ceplok dan tahu, serta kerupuk.

Alhamdulillah...

"Sungguh, jangan Engkau cabut rasa ini Ya Allah.  Agar hamba ini mampu mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan."

Karena bahagia itu sederhana. 


Love from Qatar 

Arlini Prawesti 



No comments:

Post a Comment

Musabaqah virtual 2

 Bismillah... Alhamdulillah pada hari sabtu yang lalu, bertepatan dengan tanggal 5 Maret 2022, wilayah Mesaieed dan wakra telah melaksanakan...