Tuesday, September 21, 2021

Teruslah melangkah dan lihat hasilnya

 Bismillah...

Ketika melihat pengumuman adanya sayembara catatan perempuan. Tiba-tiba gambaran 12 tahun silam terkenang. 

  Ya, takdir membawaku ke negeri orang. Untuk menjadi seorang  istri yang punya kewajiban mendampingi suami. Suka duka dinikmati bersama. Berjalan beriringan sambil berpegang tangan. Belajar untuk saling mengerti dan saling mengingatkan.

Nikmat banget ya, dulu waktu masih single tak mau belajar tentang urusan dunia perdapuran. Tidak juga urusan pekerjaan domestik lainnya. Padahal ibuku jago masak. Pintar pula menata rumah. 

Eh, ternyata setelah menikah diriku ingin menjadi seorang ibu rumah tangga. Tak lagi ada keinginan menjadi seorang wanita karir yang kerja di kantoran. Karena setelah menikah, aku melihat ada banyak yang harus aku selesaikan. 

Pernikahan menjadi awal langkah ku untuk mengenal semua jenis bumbu. Belajar membaca resep masakan dan melihat tutorial cara memasak sesuatu. 

Tahun pertama itu terasa berat. Bagaimana tidak?Pernah diriku membuat kesalahan. Misalnya: niatnya membeli daun seledri, eh salah ambil daun ketumbar. Tentu saja rasa sup nya menjadi aneh. Pernah juga membuat bakwan tapi menjadi keras, bahkan tidak bisa dimakan dan akhirnya tempat sampah menjadi tempat akhirnya. Kenapa? Karena salah dalam mengambil tepung. Yang aku ambil bukan tepung serba guna, melainkan tepung untuk membuat chapati (salah satu makanan khas india). Tentu saja  Sejak saat itu, aku menjadi lebih cermat dalam membaca sebelum membeli. Karena tampilan luar tak seindah kenyataan.

Hidup di negeri orang, jauh dari orang tua dan keluarga. Disaat kangen makanan Indonesia maka harus membuatnya. Dulu bisa dibilang jarang ada orang jualan makanan Indonesia, tidak seperti saat ini. Restoran yang jual makanan khas Indonesia pun letaknya di ibukota (40 km dari rumah). Kan tidak mungkin, meminta antar suami sejauh itu hanya untuk makan nasi padang atau es cendol. Kecuali lagi belanja di Doha lalu sekalian mampir untuk makan siang di Restoran Indonesia, maka itu tak mengapa. 

Tahun pertama, Alhamdulillah Allah menitipkan buah hati dalam rahim ini. Sebagai ibu hamil, terkadang tiba-tiba ingin makan ini itu. Otomatis mau tidak mau, yang diinginkan ya langsung dicoba daripada kepikiran. Mencoba dan terus mencoba. Alhamdulillah suami tak pernah mencela makanan. Suka ya dimakan, gak suka dibiarkan. 

Dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun. Alhamdulillah,  suami suka masakan istrinya. Begitu juga anak-anak, kata mereka masakan ibu "the Best in the world". Sedangkan suami pernah memuji "ini lebih enak loh daripada beli di restoran", oh Masya Allah. Itulah penghargaan yang pernah aku raih. 

Aku berdaya, aku berkarya. Dari rumah, membuat masakan nusantara. 

(Dokumen pribadi, nasi tumpeng untuk merayakan HUT RI di tengah pandemi)

Kini, saat ingin batagor, siomay, empek-empek, lontong balap, gado-gado Surabaya, rujak, tahu tek, lontong sayur, urap-urap sayur, nasi uduk, nasi kuning, nasi padang, martabak manis, martabak telur, risoles, bakwan, lapis singkong, bolen pisang, kue lumpur, cilok, cireng, es cendol, kunyit asam, dan lain sebagainya berasa mudah. 

Langkah itu beratnya terasa saat kita melangkah untuk pertama kalinya. Semakin sering kita melangkah maka rasanya akan semakin ringan. Bahkan bisa menjadi suatu keahlian. 

Alhamdulillah,  di tahun kedua. Aku sudah percaya diri. Disaat membuat hidangan untuk acara kajian di rumah. Memasak bersama suami dan anak-anak tercinta. Menyiapkan untuk 50 porsi pun tetap dengan suka cita. In Sya Allah, dalam setiap kesibukan kita jika itu untuk suatu kebaikan maka akan berpahala. Dan yang pasti secara hitung-hitungan tentu lebih hemat dengan memasak sendiri. 

Kini, aku mencoba memasak menu Asia lainnya. Mencoba dari apa yang aku suka dan mencoba resep makanan yang anak-anak suka. Seperti padthai,  pancit, tteokbokki, chicken katsu, karela prawn roast, boba tea, dan lain sebagainya. 

 Doakan saja semoga langkah langkah itu semakin ringan. Karena semua bertujuan selain memanjakan lidah saat tiba-tiba ingin makan ini itu. Pastinya agar kita tahu dan yakin bahwa apa yang aku makan, apa yang suami ku makan dan apa yang dimakan oleh anak-anak ku adalah makanan yang halal dan toyib. Sehingga dari makanan tersebut kami bisa kuat untuk beribadah. 

Tulisan ini spesial dari rumah untuk dunia. Ibu profesional. Konferensi ibu pembaharu.



#darirumahuntukdunia

#sayembaracatatanperempuanKIP2021

#konferensiibupembaharu2021

#ibuprofesional


Love from Qatar 

Arlini Prawesti 





No comments:

Post a Comment

Musabaqah virtual 2

 Bismillah... Alhamdulillah pada hari sabtu yang lalu, bertepatan dengan tanggal 5 Maret 2022, wilayah Mesaieed dan wakra telah melaksanakan...