Wednesday, September 8, 2021

Rindu yang tak bertepi

 Bismillah...

Jumpa kembali kembali dengan bulan september, meskipun dengan tahun yang berbeda. 

Ya, september.  Biasanya suka kita dengar dengan september ceria. Semoga ya, di bulan september ini akan banyak keceriaan yang akan bersemi di bulan ini. Aamiiin...

Saat membuka fbg kelas literasi ibu profesional,  ternyata ada tantangan menulis dengan tema "Ruang Rindu". Ok, kita coba tulis ya...



Apa yang teman rasakan saat mendengar kata Ruang Rindu?

Kalau yang saya rasakan adalah adanya sebuah perasaan kangen yang luar biasa dan rasa itu belum penuh,  sehingga masih menunggu waktu dalam pengisian rasa kangennya. 

Dalam masa pandemi ini, tentu saja kita belum sebebas seperti dahulu, yang mudah untuk silaturahmi pada sanak saudara, ataupun yang mau jalan-jalan keliling kota ataupun antar negara. 

Rindu itu tak bertepi, selalu dan selalu ada lagi. Terutama keluarga yang memang lama tak jumpa. Tidak memeluk ibunda yang kini sudah menua disana, ya 64 tahun usia nya. Sungguh bukan usia muda lagi. Namun apalah daya ini, peraturan perjalanan antar negara cukuplah ketat dan banyak aturannya. Tak hanya menguras waktu dan tenaga, cukup menguras kantong juga, begitulah cerita teman-teman yang telah berjuang untuk mudik ke Indonesia agar bisa berjumpa dengan orang tua juga saudara-saudari nya. Lalu saya? Ya, tahun 2021 ini harus rela untuk tidak mudik lagi, menahan rindu pada ibunda yang telah melahirkan dan membesarkan saya. Karena ayah telah tiada sebelum saya menikah. Menahan rindu karena rasa patuh pada suami, keamanan dan keselamatan menjadi faktor utama pertimbangan yang telah diperhitungkan.  Apalagi ditahun lalu kami mendapatkan amanah seorang bayi mungil yang cukup membuat kami untuk bersemangat menjaga diri dan memperbanyak kegiatan dari dalam rumah. Sebut saja baby lockdown.  Karena kelahirannya disambut dengan suasana lockdown. Hehehe...

Selain merindukan keluarga besar di Indonesia, hal lain yang saya rindukan adalah Baitullah.  Ya, Baitullah. Terakhir melakukan perjalanan umrah di tahun 2016, tepat nya bulan desember setelah anqk pertama melakukan ujian akhir semester, dan saat balik Qatar sudah di bulan januari tahun 2017. Kenapa belum umrah lagi, padahal kan lumayan dekat jarak antara Qatar dan saudi? Karena tengah 2017 saat itu terjadi blokade,  sehingga kami tidak bisa menjalankan ibadah umrah. Dan kini meskipun sudah diperbolehkan untuk perjalanan umrah dari Qatar,  namun untuk anak-anak belum diperbolehkan. Kabarnya usia minimal 18 tahun, jadi saat ini belum mungkin juga untuk meninggalkan 3 anak.

Padahal sejak menikah, kami ingin setiap perjalanan atau safar pertama kali anak-anak adalah Baitullah. Jadi berasa kami masih punya tanggungan untuk anak ketiga, semoga kami bisa mengantarkan nya ke Baitullah. Memasuki masjidil haram, melihat ka'bah dan mengajarkan mereka untuk mengenal tanah kelahiran nabi Muhammad. Mengajarkan mereka untuk beribadah dan berdoa kepada Allah agar mereka menjadi generasi islam yang kuat imannya, yang bagus ibadahnya, yang bagus akhlaknya, yang sehat badannya.

Rindu, sembari perjalanan menuju masjidil haram dan masjid Nabawi. Dimana hotel atau penginapan kami tidaklah terlalu dekat, sehingga tetap butuh perjuangan bersama anak-anak untuk melangkah menuju masjid. Sembari bercerita banyak akan sejarah para nabi dan sahabat Rosulullah. Ah... jadi kangen masa-masa itu.

Hanya bisa berdoa semoga, kondisi kembali normal, seperti dahulu kala. Aturan-aturan pun bisa longgar, agar tidak direpotkan harus karantina dan PCR berulang. Sehingga kita bisa berkunjung kembali ke Baitullah dengan nyaman dan bisa berkumpul untuk menjalin silaturahmi pada sanak keluarga dengan bahagia. 


Arlini Prawesti 

No comments:

Post a Comment

Musabaqah virtual 2

 Bismillah... Alhamdulillah pada hari sabtu yang lalu, bertepatan dengan tanggal 5 Maret 2022, wilayah Mesaieed dan wakra telah melaksanakan...