Thursday, November 11, 2021

Be a Smart Mom not Super Mom

 Bismillah...

Alhamdulillah kali ini belajar kembali bersama Ust. Bendri Jaissyurrahman dalam tema kajian "Be a smart mom not super mom".

Menjadi Ibu yang tangguh bukanlah menjadi super mom, yang dengan segala kemampuan untuk mengatasi segala hal. Karena banyak ibu-ibu yang menjadi super mom pada akhirnya mengalami kelelahan yang luar biasa. Itulah sebabnya di dalam islam tidak menuntut ibu yang super, ibu yang serba bisa, tapi menjadi ibu yang cerdas.

Single parent, dibagi menjadi 3 :

  • Single parent  karena LDR, pasangan terpisah jarak dan waktu sehingga menghalangi pengasuhan anak secara bersama-sama. Seperti kisah ibunda Hajar yang terpisah dengan Nabi Ibrahim dalam waktu yang panjang. Sehingga Ibunda Hajar menjadi single parent yang mendidik Nabi Ismail.
  • Single parent akibat kematian, seperti Hannah binti Faqudha (ibunda dari Maryam binti Imron). Ketika seorang single parent mampu mengantarkan putra putrinya menjadi orang yang terbaik di jamannya  maka dia adalah wanita yang sukses,  wanita yang tangguh.
  • Single parent karena perceraian. Ketika suami dan istri bercerai, lalu sang ayah tidak bertanggung jawab terhadap anak anaknya, sehingga sang ibu yang menghidupi dan mendidik anak-anak nya. Di dalam islam, ketika terjadi perceraian seharusnya ibu tidak merasa berat karena perceraian itu memutuskan hubungan suami istri, tapi tidak memutuskan nasab anak kepada ayahnya. Sehingga sang Ayah tetap punya kewajiban untuk memberikan nafkah kepada anak-anak nya dan jika anak dalam pengasuhan ibunya, ibunya juga mendapatkan upah karena telah merawat anak-anak dari mantan suaminya. Itulah indahnya islam jika kita memahami nya.
Sebab itu penting buat kita (ibu-ibu) untuk berpikir bagaimana menjadi smart mom bukan super mom agar kita tidak kelelahan dalam mendampingi anak-anak kita.Bagaimana seorang ibu memiliki emosi yang stabil, emosi positif dalam pengasuhan. Ketika menjadi seorang super mom terkadang memberikan efek pada ibu menjadi ibu yang pemarah, ibu yang mudah menghardik anak dan itu tidak efektif dalam pengasuhan. Seorang wanita ketika memiliki kebaikan emosi bisa menularkan kebaikan juga, itulah sebabnya seorang ibu harus mengukur diri mana yang menjadi tugas pokok dan mana yang bisa amanahkan kepada orang lain, agar emosi bisa stabil.

Prioritas  tugas seorang ibu:
  • Membuat anak merasa nyaman. dicontohkan oleh Rosulullah,  pagi hari Rosulullah suka bertanya kepada para sahabat "Siapakah yang mimpi indah semalam?" Itu adalah cara Rosulullah membentuk emosi positif.  Karena suasana pagi harus penuh dengan keberkahan jadi kita tidak boleh ngomel-ngomel sama anak apalagi sampai membuat anak menangis di pagi hari, karena hal itu akan memengaruhi suasana emosi anak saat di sekolah bahkan hingga siang atau sore hari. Jadi sebagai seorang ibu harus memprioritaskan keselamatan emosi anak.
  • Ibu harus mengukur diri antara target dan kemampuan. Ada ibu yang memiliki target tinggi tapi kemampuan rendah, hal itulah yang nantinya akan membuat seorang ibu terbebani. Tugas pengasuhan itu pada intinya cuma satu, yaitu "Memastikan putra dan putri kita, meninggal dalam keadaan Muslim". Seorang ibu yang smart apabila dia memiliki target akan keinginan namun dia tidak mampu maka harus mengurangi target tersebut, atau melimpahkan tugas tersebut kepada pihak lain yang lebih ahli.
  • Smart mom adalah ibu yang mampu melihat potensi pembelajaran yang ada di sekitarnya dan mampu memodifikasi kurikulum untuk anak-anak nya. 
  • Ibu yang smart adalah ibu yang mampu totalitas untuk anaknya di usia dini. Bukan yang santai saat anak usia dini lalu baru bingung saat anak usia ABG.
  • Smart mom adalah ibu yang mampu mengatur pengeluaran pengeluaran yang berkaitan dengan kebutuhan anak. Dalam pengaturan keuangan ibu mampu menjadikan biaya pendidikan anak sebagai prioritas,  bukan hanya kesenangan kesenangan sementara. Karena investasi yang paling bagus adalah anak yang sholih. Ketika kita mampu mendidik anak-anak dengan baik dimasa kecilnya dan mampu menjadikan mereka anak yang sholih. Maka anak yang sholih tidak akan pernah merasakan ayah ibunya sebagai beban. Anak yang sholih merasa orang tuanya adalah aset akhirat. Sehingga dengan senang hati akan menjaga orang tuanya. Orang tua tak perlu menagih pada anak karena anak yang sholih akan dengan senang hati membalas kebaikan orang tuanya.
Ada sebuah kisah di saudi. Ada kakak beradik yang saling menggugat di pengadilan. Kakak tersebut meminta kepada pengadilan supaya diberikan hak untuk menjaga ibunya yang sudah tua. Kakak yang berprofesi sebagai pegawai negeri di kerajaan tentu memiliki gaji yang tinggi.  Juga memiliki rumah yang luas dilengkapi segala fasilitas untuk ibu dan keluarganya. Sang kakak ingin  menjaga ibu nya di rumah nya. Sang kakak tidak ingin membebani adiknya yang tidak seberuntung dirinya dalam urusan pekerjaan. 

Lalu sang hakim bertanya kepada sang adik. Sang adikpun menjawab Wahai hakim. Ketahuilah bahwa diriku memang tidaklah sekaya kakakku, rumahku tidaklah seluas dan selengkap rumah kakakku. Namun aku sanggup menjaga ibu dan tidak akan membuat ibu kelaparan. Ketahuilah, Ibu sering merasa kesepian di rumah kakakku di saat Kakak sibuk bekerja. Di usia ibu yang sudah tua, ibu ingin bercanda dan tertawa bersama anak cucunya, untuk bisa merasakan kehangatan sebuah rumah. Sebab itu hakim, mohon izinkan aku menjaga ibu.

Setelah mendengarkan kakak beradik ini akhirnya sang hakim memberikan keputusan bahwa ibu akan dijaga oleh sang adik dan untuk seluruh pembiayaan akan dibiayai oleh sang kakak. Kakak beradik ini keduanya bersyukur karena keduanya sama-sama bisa berbakti pada ibunya. Dan itu adalah keputusan yang adil bagi kakak dan adik tersebut. 

Seperti itulah balasan dari totalitas seorang ibu diwaktu anak-anaknya masih kecil dan saat mereka dewasa, anak-anak tersebut berebut ingin berbakti pada ibunya.


Love from Qatar
Arlini Prawesti 

No comments:

Post a Comment

Musabaqah virtual 2

 Bismillah... Alhamdulillah pada hari sabtu yang lalu, bertepatan dengan tanggal 5 Maret 2022, wilayah Mesaieed dan wakra telah melaksanakan...